Betapa luhurnya akhlak Prof. Quraish Shihab. Ini satu contohnya yang sangat mencengangkan, buatku tertegun.
ITTICHADBAE.COM - Diriwayatkan dari seorang habib yang kukenal baik sekali dan dia berada dalam lingkaran dekat Prof. Quraish.
Habib ini berkata padaku langsung bahwa di suatu pagi ada seseorang berkata di grup wasap lingkaran dekat tersebut dengann mengutip sebuah link berita bahwa hari ini sedikit sekali ulama yang benar-benar ulama, di antara sedikit itu adalah Prof. Quraish.
Prof. Quraish lalu menanggapi langsung dengan perkataan: “Janganlah berkata begitu, sebab hal itu dapat menyinggung perasaan banyak orang lain di negeri ini yang banyak ahli agamanya….”
Saya tercenung, lama. Mendesah, menggeleng-geleng.

Image:wikipedia.
Ucapan habib itu tidaklah salah secara rasional, benar adanya, tapi ya memang akan lebih pener jika memakai standar tinggi akhlak Prof. Quraish yang sungguh hati-hati dalam berkata-kata, menjaga lisan. Benar memang belum tentu pener. Benar memang belum tentu sepenuhnya kemaslahatan. Benar pun rawan menciderai liyan. Prof. Quraish tentulah hafal luar kepala riwayat ini, misal: “Banyak sekali orang yang meriwayatkan, sedikit yang memiliki pemahaman.” (Sayyidina Ali bin Abi Thalib). “Kita hidup di zaman banyak ulamanya sedikit penceramahnya. Kelak akan muncul zaman dengan banyak penceramahmya tapi sedikit ulamanya.” (Abdullah bin Mas’ud) Tentu kita, apalagi Prof. Quraish, paham bahwa konteks ungkapan dua sahabat Rasul Saw tak bisa ditarik semena-mana untuk menyinggung liyan.
Ia berada di ranah pengajaran, tarbiyah. Sebutlah kritisisme ilmu. Sementara Prof. Quraish tadi berada di ranah akhlak. Sungguh yang pelik buat saya ialah memilah antara tujuan kritisisme ilmu dan kejumenengan akhlak.
Acap banget menunggangi ilmu demi hawa nafsu dalam rupa apa saja, dari keyohi-yohian diri hingga ke yohi-yohian diri. Ingatan saya pada dua maqalah itu ketika berjumpa dengan riwayat Prof. Quraish yang mengagumkan itu semakin buat saya tercenung. Makin lama. Lama sekali.
Penulis: Edi AH Iyubenu, wakil ketua LTN PWNU DIY.
Image:wikipedia.
Ucapan habib itu tidaklah salah secara rasional, benar adanya, tapi ya memang akan lebih pener jika memakai standar tinggi akhlak Prof. Quraish yang sungguh hati-hati dalam berkata-kata, menjaga lisan. Benar memang belum tentu pener. Benar memang belum tentu sepenuhnya kemaslahatan. Benar pun rawan menciderai liyan. Prof. Quraish tentulah hafal luar kepala riwayat ini, misal: “Banyak sekali orang yang meriwayatkan, sedikit yang memiliki pemahaman.” (Sayyidina Ali bin Abi Thalib). “Kita hidup di zaman banyak ulamanya sedikit penceramahnya. Kelak akan muncul zaman dengan banyak penceramahmya tapi sedikit ulamanya.” (Abdullah bin Mas’ud) Tentu kita, apalagi Prof. Quraish, paham bahwa konteks ungkapan dua sahabat Rasul Saw tak bisa ditarik semena-mana untuk menyinggung liyan.
Ia berada di ranah pengajaran, tarbiyah. Sebutlah kritisisme ilmu. Sementara Prof. Quraish tadi berada di ranah akhlak. Sungguh yang pelik buat saya ialah memilah antara tujuan kritisisme ilmu dan kejumenengan akhlak.
Acap banget menunggangi ilmu demi hawa nafsu dalam rupa apa saja, dari keyohi-yohian diri hingga ke yohi-yohian diri. Ingatan saya pada dua maqalah itu ketika berjumpa dengan riwayat Prof. Quraish yang mengagumkan itu semakin buat saya tercenung. Makin lama. Lama sekali.
Penulis: Edi AH Iyubenu, wakil ketua LTN PWNU DIY.
0 Response to "Betapa luhurnya akhlak Prof. Quraish Shihab. Ini satu contohnya yang sangat mencengangkan, buatku tertegun. "
Post a Comment
Silahkan berkomentar dan saran agar kami bisa lebih baik lagi.